AI (Artificial Intelligence) VS ARTIST

 Kajian Seni Rupa Dan Desain


Nama : Shahzada Mawla Daneshara

NPM : 202246500145

Kelas : R4B

Abstrak

Artificial  Intelligence  (AI)  kini  banyak  dibicarakan  publik  dimana teknologi kecerdasan ini telah masuk ke dunia desain khususnya di bidang ilustrasi.  Penelitian  ini  dilakukan  karena  kehadiran  AI  disebut-sebut  akan menggantikan  posisi  para  seniman.  Hal  ini  dilatarbelakangi  akibat  adanya peristiwa  di  sebuah  penghargaan  seni  tahunan,  Colorado  State  Fair  yang dimenangkan   pekerja   kreatif   yang   memanfaatkan   kecerdasan   buatan bernama  Midjourney.  Fenomena  ini  memantik  diskusi  besar  dalam  dunia seni  visual.  Berbagai  tanggapan  muncul,  ada  yang  pro  penggunaan  AI sebagai tools desain, ada yang kontra dengan menyebutkan bahwa AI dapat mematikan  sektor  pekerja  kreatif.  Penelitian  ini  menggunakan  pendekatan metode  kualitatif  deskriptif  yang  dilakukan  berdasarkan  studi  kasus  di lapangan. Tujuannya adalah untuk menganalisis tren AI agar dapat memberi manfaat  seperti  rekomendasi  kebijakan  dari  perusahaan  AI  terkait  standar publikasi, solusi, prosedur sampai pengetahuan untuk mengindustrialisasikan  karya  hasil  AI  agar  kedepannya  tidak  ada  masalah atau isi plagiasi lainnya di dunia ilustrasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  AI  kedepannya  akan  sangat  membantu  sebagai  tools  desain  bukan sebagai authority.

Kata Kunci: Artificial Intelligence, Plagiarism, Ilustrasi

Pendahuluan

Belakangan ini tren Artificial Intelligence (AI) banyak dibicarakan publik. Seiring majunya teknologi kecerdasan buatan memang telah merambah berbagai sektor kreatif, mulai dari musik, film, hingga skena seni rupa di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia.

Kehadiran AI art yang berbasis algoritma mesin disebut juga akan menggantikan posisi para seniman. Bahkan, belum lama ini sebuah penghargaan seni tahunan, Colorado State Fair berhasil dimenangkan pekerja kreatif yang memanfaatkan kecerdasan buatan bernama Midjourney.

Tak ayal, kemenangan tersebut memantik diskursus besar dalam dunia seni visual, khususnya di kalangan seniman. Sebagian menanggapinya dengan positif bahwa AI dapat bermanfaat bagi mereka, tapi ada juga yang merasa gerah, karena disinyalir dapat mematikan sektor pekerja kreatif.

penggunaan teknologi AI  memang marak digunakan dalam berbagai aplikasi. Beberapa di antaranya Chat GPT untuk penyusunan artikel, Dall-E untuk membuat gambar digital, hingga aplikasi komersil Lensa dari Prisma Labs. Lantas, apakah kecerdasan buatan bakal menyingkirkan peran pekerja kreatif di masa depan?

pembahasan 

AI atau artificial intelligence merupakan istilah teknologi canggih yang sedang populer pada saat ini. Menurut John McCarthy Artificial Intelligence merupakan ilmu dan teknik komputer yang menciptakan mesin bersifat cerdas terutama menciptakan suatu program. 

Ahmad, A. (2017). menyatakanArtificial Intelligence merupakan Kecerdasanbuatan yaitu penggunaan teknik dengan cara kerja meniru kecerdasaan yang dimiliki oleh makhluk hidup bahkan benda mati untuk menyelesaikan suatu persoalan. Artificial Intelligence merupakan salah satu ilmu komputer yang membuat mesin bekerja sebaik yang dilakukan oleh manusia pada umumnya. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan mesin untuk menyelesaikan suatu persoalan dan dapat mengambil keputusan sendiri. Cara kerja Artificial Intelligence adalah menjalankan suatu tugas dengan menggunakan komputer untuk berpikir seperti manusia. Saat ini Artificial Intelligence sudah banyak digunakan oleh beberapa Negara dan dalam bidang industri hiburan maupun kehidupan sehari-hari,dalam kehidupan seharihari Artificial Intelligence bisa membantu orang seperti menemukan lokasi tujuan yang ingin dikunjungi, Selain itu Artificial Intelligence bisa digunakan untuk membantu keamanan privasi seseorang dengan mengenali wajah. Artificial Intelligence bisa mengarahkan model tanpa harus berada di lokasi. Banyak yang menggunakan Artificial Intelligence untuk kepentingan pekerjaan di ranah dunia hiburan. 

Purwanti .S (2013) mengatakan budaya yang trend saat ini adalah budaya korea yang para penggemarnya mengikuti apa yang dilakukan artis mereka. Seperti yang digunakan oleh salah satu Girl Band K-pop yang berasal dari Korea Selatan yaitu AESPA baru-baru ini menggunakan teknologi Artificial Intelligence untuk memperkenalkan artis mereka, Para artis seperti hidup didunia yang sama dengan avatar mereka, berkomunikasi melewati dunia digital. Dalam dunia virtual para member mempromosikan dirinya seperti model aslinya manusia Selain AESPA, ada beberapa grup band yang menggunakan teknologi canggih ini yaitu Gi-DLE yang memanfaatkan Artificial Intelligencenya dengan karakter game online League Of Legends.


 Artificial Intelligence yang digunakan dibuat secara mirip dengan model bentuk manusianya. Artificial Intelligence juga bisa berbicara layaknya manusia, model Artificial Intelligence bisa diubah sesuai yang dirancang sehingga avatar yang dibuat menyerupai manusia bahkan bisa membuat alam semesta sendiri di dunia Artificial Intelligence. Artificial Intelligence terus dikembangkan untuk menciptakan kecerdasan seperti manusia. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, gaya hidup masyarakat akan berubah dan terus berkembang dengan melibatkan robot sebagai pendamping kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarakat. Bantuan kecerdasan buatan Artificial Intelligence promosi dengan mudah mencapai target yang dituju. Terutama dalam periklanan Artificial Intelligence membuat iklan menjadi efisien dan efektif serta membangun kreativitas dalam pembuatannya karena tidak memerlukan model aslinya berada ditempat cukup menjalankan software pada perangkat saja.


 Saat ini penggunaan Artificial Intelligence di Indonesia masih sangat sedikit yang menggunakannya. perkembangan Artificial Intelligence digunakan untuk periklanan di Indonesia namun baru beberapa kota besar yaitu Jakarta dan Surabaya yang memasang iklan Billboard, bentuk iklan billboard ini berbentuk 3D dan 2D yang bisa menghitung berapa banyak orang yang menonton billboard tersebut. iklan billboard yang digunakan berisi video atau gambar dengan kualitas HD. respon dari audience adalah meningkatnya belanja karena Billboard yang dipasang,ini membuktikan Artificial Intelligence membantu perekonomian terutama di bidang industri periklanan terlebih lagi masa pandemi mengubah tren konsumen dan trend teknologi dalam berbagai hal dimana hampir semua kegiatan dilakukandaring di rumah. Masyarakat dituntut untuk belajar menghadapi perkembangan kemajuan teknologi Di Negara-Negara maju Artificial Intelligence sudah sangat maju dan luas penggunaannya. 

Luar Negeri Artificial Intelligence digunakan untuk media periklanan seperti memasang iklan, atau display di tengah kota. Artificial Intelligence juga bisa menentukan iklan yang tepat dipasang dimana tanpa perlu susah payah hanya dengan mengatur softwarenya. Untuk seterusnya trend penyebaran informasi pada marketing periklanan akan berkembang ke teknologi Artificial Intelligence. 

1.

Teknologi AI Tidak Bisa Mengolah Emosi

Seniman Andry Boy Kurniawan juga turut buka suara terkait viralnya AI art. Akan tetapi dia mengungkap secanggih apapun teknologi AI dalam membuat gambar, hasilnya tetap 'kering'. Sebab visual yang dihasilkan hanya berdasar algoritma mesin, alih-alih emosi laiknya dibuat manusia. Termasuk lukisan yang dibuat secara manual dengan menggunakan medium cat hingga kuas.





https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fhypeabis.id%2Fread%2F18091%2Fseniman-andry-boy-kurniawan-bawa-koleksi-contemporary-yesterday-di-art-moments-jakarta-2022&psig=AOvVaw012AlZsGzUol7OskKYWlb0&ust=1710822638122000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBMQjRxqFwoTCJi1-I79_IQDFQAAAAAdAAAAABAy

"Yang tidak bisa dilakukan kecerdasan buatan adalah [mengolah] emosi. Sebab seberapa canggih karya yang dihasilkan oleh AI art tidak akan bisa mengolah situasi unik dari sisi emosional artis untuk mencipta," papar Andry.

Namun, fenomena AI di khalayak umum menurut Andry justru dibutuhkan. Sebab lewat tren tersebut setidaknya dapat memantik serta menyadarkan para seniman untuk keluar dari zona nyaman dalam mengaktualisasikan diri di tengah zaman yang terus bergerak.

"Kalau dari segi orisinalitas, pada hakikatnya seniman mencipta itu memang punya unsur plagiarisme, baik terselubung atau tidak. Semua bergantung dari cara pengolahan sisi artistiknya saja" tandas Andry.

Setali tiga uang, ilustrator Tommy Prasetyo juga melihat tren AI sebagai fenoma yang unik. Viralnya teknologi tersebut di khalayak umum menurutnya justru malah bisa dijadikan sebagai wahana baru untuk memperkenalkan khasanah seni bagi masyarakat di Indonesia.

"Ini kalau aku melihatnya malah jadi tempat belajar bagi orang yang ingin mengenal kesenian. Jadi dimulai dari hal-hal yang mudah, baru mereka nanti bisa lebih serius untuk mendalami karya mengenai seni rupa," papar perupa yang karib disapa Tombol itu.



2.

Teknologi AI bisa saja menggantikan pekerjaan para ilustrator
karena kecepatan dan kemudahan yang didapat oleh pengguna teknologi AI tersebut. Namun, hal ini hanya bersifat sementara dan teknologi tidak benar-benar bisa menggantikan tugas dan pekerjaan ilustrator hal ini dikarenakan teknologi AI yang kalah unggul dalam nilai esensi seni dimana teknologi AI  tidak  memiliki  kemampuan  dalam    konsistensi  karya,  pemahaman  secara  emosional terhadap data tugas yang diberikan oleh klien , serta orisinalitas seorang seniman,. 


Karena, teknologi AI akan menghasilkan karya ilustrasi yang memiliki bentuk yang hampir sama atau bahkan sama  dengan  hasil  satu  dengan  yang  lainnya.  Namun,  ada  juga yang  berpendapat bahwa  AI  benar-benar  bisa  menggantikan  pekerjaan  ilustrator  secara  permanen,  hal  ini didasarkan  karena  kemajuan  dan  kecanggihan  teknologi  yang  semakin  terus  berkembang dan menuju menyerupai pemikiran asli manusia.

Dari  berbagai  pendapat  tersebut  menggambarkan  bagaimana  manusia  berpikir, melihat, dan merasakan perkembangan teknologi AI secara langsung. Penggunaan teknologi AI  sebagai  media  penciptaan  karya  ilustrasi  bukan  sesuatu  yang  salah  namun  bagaimana pemilik teknologi  tersebut  dalam mendapatkan sistem  data  untuk AI  tersebut  secara  resmi atau berizin. 

Pemilik teknologi tidak dapat mengambil hak para pemilik gambar atau karya ilustrator  secara  sepihak  dan  menggunakannya  secara  komersial  dengan  mengindahkan berbagai hak yang dimiliki para pemilik gambar. Ancaman dan kekhawatiran yang dirasakan akan kehadiran teknologi AI tidak dapat dianggap remeh. Para pekerja industri juga harus memiliki keinginan yang besar dan tekad yang kuat dalam menciptakan pasarnya sendiri agar tetap dapat menjadi pilihan utama para pecinta seni  ilustrasi.    Namun,  ilustrator  ini  juga  tidak  bisa  menganggap  sepenuhnya teknologi tersebut tidak dibutuhkan oleh para ilustrator. 

Teknologi AI ini dapat menjadi alat yang  digunakan  dalam  mempermudah  ilustrator  dalam  menyalurkan  ide sebagai  referensi dalam berkarya. Karena, daya pikir manusia terbatas oleh waktu yang memerlukan istirahat. Dengan adanya alat teknologi AI ini dapat membantu illustrator menciptakan karya dengan berbagai referensi yang kemudian diolah kembali oleh ilustrator secara profesional.

3.
Dampak Dan Pengaruh Artificial Intelligence

Artificial Intelligence juga sekarang ini dikembangkan untuk menjadi model iklan yang nantinya bisa bersanding dengan para artis manusia di luar sana. Seperti contohnya sebuah artificial intelligence Bernama “Rozy” yang merupakan influencer dan menjadi model iklan dari asuransi Shinhan Life. Artificial Intelligence tersebut digunakan sebagai media promosi dari pihak asuransi tersebut. Selain itu, “Rozy” juga menerima banyak endorsement layaknya influencer manusia pada umumnya. Dengan adanya “Rozy” in sudah terlihat bahwa teknologi artificial Intelligence bisa bekerja layaknya manusia. Tentunya hal ini merupakan sebuah terobosan yang baik di dunia periklanan, karena mereka menjadi memiliki media baru dalam mempromosikan barang/jasa mereka. Dengan cara baru ini tentunya akan lebih menarik banyak audience untuk mencoba produk yang ditawarkan perusahaan yang menggunakan jasa teknologi Artificial Intelligence tersebut. 

Tentunya hal ini juga mempermudah manusia dan terutama bagi orang yang ingin menggunakan teknologi Artificial Intelligence sebagai model iklan mereka, karena mereka bisa memprogram Artificial Intelligence tersebut sesuai keinginan mereka tanpa adanya bentrok konflik terkait budaya, kultur, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan teknologi ini juga bisa membuat pekerjaan lebih mudah karena bisa diprogram sesuai keinginan kita kapan saja dan dimana saja. Penggunaan Artificial Intelligence sebagai model iklan dipercaya lebih efektif dan lebih akurat hasil kerjanya sehingga lebih memuaskan baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi audience.

Bila media tidak berubah berarti media tersebut telah mati, karena tidak memiliki sesuatu yang baru. Dengan adanya model Artificial Intelligence sebagai model iklan pengganti artis manusia ini menjadikan media baru bagi para seniman untuk tetap berkarya. Para pakar dalam dunia periklanan juga menjadi memiliki suatu hal baru untuk diteliti dan memahami bagaimana Artificial Intelligence ini bekerja dan apa yang harus dilakukan para perusahaan untuk bisa tetap mengikuti perkembangan zaman. Dampak negatif ketika Artificial Intelligence digunakan sebagai model iklan pengganti model artis manusia akan menjadikan kehilangan pekerjaan bagi banyak influencer, artis, dan selebritis diluar sana. 

Eksistensi mereka akan kalah dibandingkan dengan Artificial Intelligence sehingga pada skenario terburuk, mereka bisa kehilangan pekerjaan mereka. Selain itu, unsur seni akan memudar karena digantikan oleh teknologi tersebut. Selain peralihan model manusia ke model Artificial Intelligence, memudarnya unsur budaya dan seni merupakan tantangan yang harus dihadapi. Penggunaan model Artificial Intelligence ini tentunya akan diprogram sesuai kebutuhan danmeninggalkan unsur kebudayaan yang kental. Model ini akan kehilangan ciri khasnya karena mereka tidak terikat oleh suatu kebudayaan, sehingga nantinya menjadi lebih beragam danmembaur tetapi tidak merepresentasikan kebudayaan tertentu.

Dampak negatif ketika Artificial Intelligence digunakan sebagai model iklan pengganti model artis manusia akan menjadikan kehilangan pekerjaan bagi banyak influencer, artis, dan selebritis diluar sana. Eksistensi mereka akan kalah dibandingkan dengan Artificial Intelligence sehingga pada skenario terburuk, mereka bisa kehilangan pekerjaan mereka. Selain itu, unsur seni akan memudar karena digantikan oleh teknologi tersebut. Selain peralihan model manusia ke model Artificial Intelligence, memudarnya unsur budaya dan seni merupakan tantangan yang harus dihadapi. Penggunaan model Artificial Intelligence ini tentunya akan diprogram sesuai kebutuhan dan meninggalkan unsur kebudayaan yang kental. Model ini akan kehilangan ciri khasnya karena mereka tidak terikat oleh suatu kebudayaan, sehingga nantinya menjadi lebih beragam dan membaur tetapi tidak merepresentasikan kebudayaan tertentu.

4.

STRATEGI INTERNASIONAL TENTANG AI

Seiring  dengan  kemajuan  teknologi  di  balik  AI  yang  melampaui  ekspektasi,  inisiatif kebijakan  bermunculan  di  seluruh  dunia  untuk mengimbangi  perkembangan  ini. Strategi nasional pertama mengenai AI diluncurkan  oleh  Kanada pada bulan  Maret 2017,  diikuti  oleh pemimpin   teknologi   Jepang   dan   Tiongkok.   Di   Eropa,   Komisi   Eropa   mengedepankan komunikasi  mengenai  AI,  memprakarsai  pengembangan strategi  independen  oleh  Negara-negara Anggota.  Inisiatif AI  Amerika diharapkan  segera dilakukan,  bersamaan dengan  upaya intensif di Rusia untuk  meresmikan 10 poin rencana AI mereka. Inisiatif-inisiatif ini sangat berbeda dalam hal tujuan, besaran investasi, dan komitmen mereka terhadap pengembangan kerangka etika, yang diulas di sini pada bulan Mei 2019.

4.1
EROPA Komunikasi  Komisi  Eropa  mengenai Kecerdasan  Buatan  yang dirilis pada bulan April 2018, membuka jalan bagi strategi internasional pertama mengenai AI. 

Dokumen  tersebut  menguraikan pendekatan  terkoordinasi  untuk  memaksimalkan  manfaat dan mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh AI. Komunikasi  mengenai  AI  diresmikan  sembilan  bulan  kemudian  dengan  presentasi  rencana  terkoordinasi  mengenai  AI  .  Rencana  tersebut  merinci  tujuh tujuan,  yang  mencakup  pembiayaan  start-up,  investasi Rp.  6Triliyun di  beberapa  'pusat keunggulan penelitian', mendukung  master dan PhD di bidang AI dan menciptakan ruang data umum Eropa. Tujuan rencana ini adalah untuk  mengembangkan 'pedoman  etika  dengan  perspektif global'.    Komisi    menunjuk    kelompok    ahli    tingkat    tinggi    yang    independen     untuk mengembangkan  pedoman  etika  mereka,  yang –setelah  konsultasi –diterbitkan  dalam bentuk  finalnya  pada  bulan  April  2019 .

Pedoman  ini  mencantumkan  persyaratan  utama  yang  harus dipenuhi  oleh sistem AI agar dapat dipercaya. Tujuh persyaratan UE untuk  AI yang dapat dipercaya:

1.Keagenan dan pengawasan manusia
2.Ketahanan dan  keamanan teknis
3.Privasi dan tata kelola data
4.Transparansi
5.Keberagaman, non-diskriminasi dan keadilan
6.Kesejahteraan masyarakat dan lingkungan
7.Akuntabilitas Kelompok  Pakar Tingkat Tinggi AI  

Uni  Eropa segera setelah  itu  merilis serangkaian pedoman kebijakan  dan  investasi  lebih  lanjut  untuk  AI  yang  dapat  dipercaya    yang  mencakup  sejumlah  rekomendasi  penting  seputar  perlindungan  manusia,  peningkatan  penyerapan  AI  di  sektor  swasta,  memperluas kapasitas  penelitian  Eropa di  bidang AI  dan  mengembangkan praktik  pengelolaan  data yang etis. Dewan  Eropa juga memiliki berbagai proyek  yang  sedang berjalan terkait  penerapan AI  dan pada  bulan  September  2019  membentuk  Komite  Ad  Hoc untuk  Kecerdasan  Buatan (CAHAI). 

 Komite  ini  akan  menilai  elemen-elemen  potensial  dari  kerangka  hukum  untuk pengembangan  dan  penerapan  AI,  berdasarkan  prinsip-prinsip  dasar  Dewan  mengenai  hak asasi manusia, demokrasi, dan supremasi hukum. Ke   depan,    Presiden    Komisi   Eropa   berikutnya,    Ursula   von   der  Leyen,   telah mengumumkan  AI  sebagai  prioritas  Komisi  berikutnya,  termasuk  undang-undang  untuk pendekatan  terkoordinasi  mengenai 'implikasi AI pada  manusia dan  etika. Komisi Eropa memberikan kerangka pemersatu untuk  pengembangan AI di UE, namun Negara-negara Anggota  juga  diwajibkan  untuk  mengembangkan  strategi  nasional  mereka sendiri.

Finlandia adalah Negara Anggota pertama yang mengembangkan program nasional AI (Kementerian Urusan   Ekonomi    dan    Ketenagakerjaan   Finlandia,.   Program   ini didasarkan  pada  dua   laporan,  Era  Kecerdasan  Buatan  Finlandia  dan   Pekerjaan  di  Era Kecerdasan  Buatan  (Kementerian  Urusan Ekonomi  dan  Ketenagakerjaan  Finlandia,.  Tujuan  kebijakan fokus  pada  investasi  untuk  daya saing  dunia  usaha  dan  pelayanan publik. Meskipun  rekomendasi-rekomendasi telah dimasukkan ke dalam kebijakan, kelompok pengarah  AI  di  Finlandia  akan  berjalan  hingga akhir  masa  jabatan  Pemerintah  saat ini,  dan laporan akhir diharapkan segera dikeluarkan. Sejauh  ini, Denmark, Perancis, Jerman, Swedia dan  Inggris juga telah  mengumumkan inisiatif  nasional  mengenai  AI.  

Strategi  Nasional  Kecerdasan  Buatan  Denmark  dirilis  pada  Maret  2019  dan  mengikuti  'Strategi  Pertumbuhan   Digital' . Kerangka kerja komprehensif  ini mencantumkan  tujuan-tujua n termasuk  membangun  landasan  yang  bertanggung  jawab  untuk   AI,  menyediakan  data berkualitas  tinggi,  dan  meningkatkan  investasi  AI  secara keseluruhan  (khususnya  di  sektor  pertanian, energi, layanan kesehatan,  dan transportasi).  Terdapat fokus  yang kuat pada etika data, termasuk tanggung jawab, keamanan dan  transparansi, serta pengakuan akan perlunya kerangka  etika. 

 Pemerintah  Denmark  menguraikan  enam  prinsip  AI  yang  etis –penentuan nasib   sendiri,   martabat,   tanggung   jawab,   penjelasan,   kesetaraan   dan   keadilan,   dan pembangunan (solusi yang mendukung  pengembangan dan penggunaan AI yang bertanggung jawab secara etis untuk  mencapai kemajuan masyarakat) dan akan membentuk sebuah Data Dewan Etik untuk  memantau perkembangan teknologi di dalam negeri.

Di Perancis, 'AI  for Humanity'  diluncurkan  pada  bulan  Maret  2018  dan  berkomitmen untuk mendukung   talenta   Perancis,  memanfaatkan   data  dengan   lebih   baik  dan   juga membangun  kerangka  etika  mengenai  AI.  Presiden  Macron  telah berkomitmen  untuk  memastikan  transparansi  dan  penggunaan  AI  yang  adil,  yang  akan tertanam dalam sistem pendidikan. Strategi ini terutama didasarkan pada karya Cédric Villani, ahli  matematika  dan   politisi   Perancis,   yang   laporannya   pada   tahun   2018   tentang   AI memberikan    rekomendasi    di    bidang    kebijakan    ekonomi,    infrastruktur    penelitian, ketenagakerjaan, dan etika .

Strategi AI Jerman segera diadopsi  pada bulan  November 2018 dan berisi tiga janji utama: menjadikan Jerman pemimpin global dalam pengembangan dan  penggunaan  AI,  menjaga pengembangan  dan  penggunaan  AI  yang bertanggung  jawab, dan   mengintegrasikan   AI.   dalam   masyarakat   dalam hal   etika,   hukum,   budaya   dan kelembagaan. Sasaran individu mencakup pengembangan Pusat Keunggulan untuk  penelitian, penciptaan  100  jabatan profesor  tambahan untuk  AI, pendirian  observatorium  AI di  Jerman, pendanaan    50    aplikasi    unggulan    AI    untuk    memberikan manfaat    bagi   lingkungan, pengembangan  pedoman  AI  yang  sesuai  dengan  undang-undang  perlindungan  data,  dan pembentukan  sebuah 'Dana Masa Depan Pekerjaan dan Masyarakat Digital' .

Pendekatan Swedia terhadap AI  memiliki istilah yang kurang spesifik,  namun  memberikan panduan  umum mengenai  pendidikan,  penelitian, inovasi, dan  infrastruktur untuk  AI. Rekomendasinya  mencakup membangun  basis penelitian yang  kuat,  kolaborasi  antar  sektor dan  dengan  negara lain, mengembangkan  upaya  untuk mencegah dan mengelola risiko, serta mengembangkan standar untuk  memandu penggunaan AI  secara etis.  Dewan  AI  Swedia,  yang terdiri dari para ahli dari industri  dan akademisi, juga telah dibentuk  untuk  mengembangkan 'model Swedia' untuk  AI,  yang menurut  mereka akan berkelanjutan,  bermanfaat bagi  masyarakat dan  mendorong  pertumbuhan  ekonomi  jangka panjang.



DAFTAR PUSAKA
https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/citrawira/article/view/4741/3612
https://hypeabis.id/read/20473/hype-report-tantangan-seniman-desainer-di-era-ai-akankah-posisi-mereka-tergantikan
https://penerbit.stekom.ac.id/index.php/yayasanpat/article/view/463/488
https://jsp.fisip-unmul.ac.id/site/index.php/jsp/article/download/39/23
Purwanti, S. (2013). Korea, remaja dan prosespeniruan. Psikostudia: Jurnal Psikologi
Ahmad Hania, A. (2017). Mengenal ArtificialIntelligence, Machine Learning, & Deep Learning. Jurnal TeknologiIndonesia.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis & kesimpulan lagu Hindia Secukupnya Teori Ferdinand De Saussure

Alasan saya ingin kuliah dkv

Analisis lagu Hindia - Secukupnya